Eksistensi Pengrajin Logam Nagara
Nagara merupakan salah satu wilayah yang berada di Kalimtan Selatan, tepatnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Wilayah ini terkenal sebagai pusat perajin alat-alat logam di Kalimantan sejak ratusan tahun silam. Tidak ada angka tahun pasti yang menyebutkan kapan teknik pengolahan alat besi mulai dikenal di Nagara. Tapi yang pasti aktifitas pembuatan alat-alat logam masih berlangsung di nagara sampai sekarang. Menurut cerita, perajin logam nagara mendapatkan ilmunya dari perajin logam dari Cina yang di datangkan langsung oleh Mpu Jatmika pada masa kerajaan Dipa. Waktu itu perajin-perajin logam perunggu/kuningan dari Cina membuat sepasang patung perunggu untuk diletakkan di dalam Candi. Yang mana akhirnya Kerakaan Dipa kekuasaannya di pindah ke Nagara Daha (sampai sekarang). erajin Nagara secara turun-temurun sekitar 8 generasi (sekitar 400 tahun yang lalu), sangat
Pekerjaan sebagai perajin logam telah ditekuni oleh p menarik sekali apabila kita mau mengkaji keberadaan perajin logam di Nagara yang sampai sekarang masih mampu bertahan, masih mampu memproduksi barang-barang logam dan masih mampu menunjukkan eksistensinya, meskipun sekarang ini arus globalisasi dengan teknologi yang serba modern telah semakin mengikis keingintahuan dan membentuk jiwa manusia yang instant, yang tidak lagi mempunyai jiwa untuk mempertahankan budaya dan hasil budaya local masyararat itu sendiri.
Bagaimana pengolahan logam yang dilakukan oleh perajin Nagara, alat-alat apa saja yang dihasilkan dan apa yang menyebabkan sampai saat ini perajin logam dari Nagara tetap mampu bertahan ? Masyarakat kita memiliki kemampuan dan intelegensi dalam mengolah sesuatu dari alam sekitar menjadi hasil karya yang sangat berharga. Dan kita nikmati melalui keindahan-keindahan hasil budaya di wilayah kita.
Dalam catatan perjalanan Boeke kepedalaman Kalimantan tahun1879 disebutkan bahwa Nagara adalah kota yang aktifitas penduduknya sangat sibuk dengan kegiatan pembuatan alat-alat besi seperti pedang dan klewang. Selain itu Nagara juga dikenal sebagai Produsen gerabah, batu bara dan perahu besar yang terbuat dari kayu besi atau ulin. Ada beberapa teknik dalam pembuatan alat-alat logam, dimana dikenal dua teknik dasar yaitu teknik tempa dan teknik cetak. Teknik cetak adalah pengolahan logam dengan melalui proses peleburan sampai pada titik lebur tertentu kemudian di tuang dan di buat ke dalam cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada 2 jenis teknik cetak logam, yakni teknik cetak langsung dan teknik tidak cetak langsung. Sedangkan teknik tempa merupakan teknik pembuatan alat logam dengan menggunakan alat dasar pemukul besar sebagai penempa dan bara api untuk memanaskan logam yang akan di tempa tanpa proses peleburan.
Aktifitas pembuatan alat-alat besi dengan system tempa dilakukan dibalai, yaitu bangunan kecil tanpa dinding dengan atap rumbia atau seng, biasanya berada di belakang atau di depan rumah. Dalam proses pembuatan alat-alat logam tradisional ( Pande Besi), alat yang digunakan adalah : pompa udara atau puputan (ububan) tetapi saat ini para perajin banyak yang menggunakan blower, kemudian ada perapian, landasan berbagai jenis palu, penjepit, besi untuk pembengkok, pahat besi, tempat penyepuhan, tangguk untuk mengayak arang, pengarik arang dan besi logo/ cap. Ada beberapa tahap dalam pembuatan alat-alat besi dengan system tempa yaitu : tahap pertama, besi dipotong-potong sesuai dengan ukuran dengan ditimbang, kemudian tahap pembentukan alat, dimana besi yang telah dipotong di baker dalam perapen, diambil dengan sasapit kemudian di tempa diatas landasan besi menggunakan penggodam. Yang terakhir adalah tahap finishing yaitu pemeberian Cap, digerenda dan disepuh. Perajin mempunyai cara tersendiri untuk membuat alat besi terutama kapang dan parang, supaya awet yaitu pembakaran besi jangan sampai merah, kemudian di tempa supaya pori-pori besi lebih rapat / tidak membengkak.
Untuk saat ini alat-alat yang dihasilkan oleh perajin logam telah banyak mengalami modifikasi dan perkembangan seiring dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu produksi linggis, cangkul, dan sabit mulai berkurang, mungkin itu karena dipengaruhi semakin berkurangnya jumlah lahan pertanian. Memang semakin majunya zaman, perubahan dalam teknologi pun tidak dapat dihindari. Oleh karenanya selalu menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pengrajin Nagara semakin membuktikan bahwa dengan kemampuan dan ketekunan, pengrajin logam bisa menghasilkan benda-benda yang berguna bagi umat manusia.
Keberadaan daerah Nagara sebagai produsen peralatan dari bahan logam sudah dikenal sejak ratusan tahun silam. Sampai sekarang aktifitas pembuatan alat-alat logam seperti perhiasan, alat-alat rumah tangga, dan peralatan kerja dari bahan emas, perak, tembaga, besi, nikel, dll, baik itu menggunakan teknik tempa maupun teknik cor. Teknik tempa terkonsentrasi di desa tumbukan banyu dan sungai pinana kecamatan Daha Utara, sedangkan untuk teknik cor terkonsentrrasi di desa Panggandingan kecamatan Daha Utara. Jenis alat-alat logam yang diproduksi selalu berubah dari waktu-kewaktu, tergantung pada tuntutan zaman dan kebutuhan pasar. Fenomena ini tentunya menarik untuk dikaji lebih jauh lagi karena bagaimana pun juga eksistensi pengrajin logam yang mampu bertahan sampai saat ini menjadikan daerah nagara mempunyai nilai budaya, nilai ekonomis yang bisa dimanfaatkan lebih baik lagi.
Nagara merupakan salah satu wilayah yang berada di Kalimtan Selatan, tepatnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Wilayah ini terkenal sebagai pusat perajin alat-alat logam di Kalimantan sejak ratusan tahun silam. Tidak ada angka tahun pasti yang menyebutkan kapan teknik pengolahan alat besi mulai dikenal di Nagara. Tapi yang pasti aktifitas pembuatan alat-alat logam masih berlangsung di nagara sampai sekarang. Menurut cerita, perajin logam nagara mendapatkan ilmunya dari perajin logam dari Cina yang di datangkan langsung oleh Mpu Jatmika pada masa kerajaan Dipa. Waktu itu perajin-perajin logam perunggu/kuningan dari Cina membuat sepasang patung perunggu untuk diletakkan di dalam Candi. Yang mana akhirnya Kerakaan Dipa kekuasaannya di pindah ke Nagara Daha (sampai sekarang). erajin Nagara secara turun-temurun sekitar 8 generasi (sekitar 400 tahun yang lalu), sangat
Pekerjaan sebagai perajin logam telah ditekuni oleh p menarik sekali apabila kita mau mengkaji keberadaan perajin logam di Nagara yang sampai sekarang masih mampu bertahan, masih mampu memproduksi barang-barang logam dan masih mampu menunjukkan eksistensinya, meskipun sekarang ini arus globalisasi dengan teknologi yang serba modern telah semakin mengikis keingintahuan dan membentuk jiwa manusia yang instant, yang tidak lagi mempunyai jiwa untuk mempertahankan budaya dan hasil budaya local masyararat itu sendiri.
Bagaimana pengolahan logam yang dilakukan oleh perajin Nagara, alat-alat apa saja yang dihasilkan dan apa yang menyebabkan sampai saat ini perajin logam dari Nagara tetap mampu bertahan ? Masyarakat kita memiliki kemampuan dan intelegensi dalam mengolah sesuatu dari alam sekitar menjadi hasil karya yang sangat berharga. Dan kita nikmati melalui keindahan-keindahan hasil budaya di wilayah kita.
Dalam catatan perjalanan Boeke kepedalaman Kalimantan tahun1879 disebutkan bahwa Nagara adalah kota yang aktifitas penduduknya sangat sibuk dengan kegiatan pembuatan alat-alat besi seperti pedang dan klewang. Selain itu Nagara juga dikenal sebagai Produsen gerabah, batu bara dan perahu besar yang terbuat dari kayu besi atau ulin. Ada beberapa teknik dalam pembuatan alat-alat logam, dimana dikenal dua teknik dasar yaitu teknik tempa dan teknik cetak. Teknik cetak adalah pengolahan logam dengan melalui proses peleburan sampai pada titik lebur tertentu kemudian di tuang dan di buat ke dalam cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada 2 jenis teknik cetak logam, yakni teknik cetak langsung dan teknik tidak cetak langsung. Sedangkan teknik tempa merupakan teknik pembuatan alat logam dengan menggunakan alat dasar pemukul besar sebagai penempa dan bara api untuk memanaskan logam yang akan di tempa tanpa proses peleburan.
Aktifitas pembuatan alat-alat besi dengan system tempa dilakukan dibalai, yaitu bangunan kecil tanpa dinding dengan atap rumbia atau seng, biasanya berada di belakang atau di depan rumah. Dalam proses pembuatan alat-alat logam tradisional ( Pande Besi), alat yang digunakan adalah : pompa udara atau puputan (ububan) tetapi saat ini para perajin banyak yang menggunakan blower, kemudian ada perapian, landasan berbagai jenis palu, penjepit, besi untuk pembengkok, pahat besi, tempat penyepuhan, tangguk untuk mengayak arang, pengarik arang dan besi logo/ cap. Ada beberapa tahap dalam pembuatan alat-alat besi dengan system tempa yaitu : tahap pertama, besi dipotong-potong sesuai dengan ukuran dengan ditimbang, kemudian tahap pembentukan alat, dimana besi yang telah dipotong di baker dalam perapen, diambil dengan sasapit kemudian di tempa diatas landasan besi menggunakan penggodam. Yang terakhir adalah tahap finishing yaitu pemeberian Cap, digerenda dan disepuh. Perajin mempunyai cara tersendiri untuk membuat alat besi terutama kapang dan parang, supaya awet yaitu pembakaran besi jangan sampai merah, kemudian di tempa supaya pori-pori besi lebih rapat / tidak membengkak.
Untuk saat ini alat-alat yang dihasilkan oleh perajin logam telah banyak mengalami modifikasi dan perkembangan seiring dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Sementara itu produksi linggis, cangkul, dan sabit mulai berkurang, mungkin itu karena dipengaruhi semakin berkurangnya jumlah lahan pertanian. Memang semakin majunya zaman, perubahan dalam teknologi pun tidak dapat dihindari. Oleh karenanya selalu menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pengrajin Nagara semakin membuktikan bahwa dengan kemampuan dan ketekunan, pengrajin logam bisa menghasilkan benda-benda yang berguna bagi umat manusia.
Keberadaan daerah Nagara sebagai produsen peralatan dari bahan logam sudah dikenal sejak ratusan tahun silam. Sampai sekarang aktifitas pembuatan alat-alat logam seperti perhiasan, alat-alat rumah tangga, dan peralatan kerja dari bahan emas, perak, tembaga, besi, nikel, dll, baik itu menggunakan teknik tempa maupun teknik cor. Teknik tempa terkonsentrasi di desa tumbukan banyu dan sungai pinana kecamatan Daha Utara, sedangkan untuk teknik cor terkonsentrrasi di desa Panggandingan kecamatan Daha Utara. Jenis alat-alat logam yang diproduksi selalu berubah dari waktu-kewaktu, tergantung pada tuntutan zaman dan kebutuhan pasar. Fenomena ini tentunya menarik untuk dikaji lebih jauh lagi karena bagaimana pun juga eksistensi pengrajin logam yang mampu bertahan sampai saat ini menjadikan daerah nagara mempunyai nilai budaya, nilai ekonomis yang bisa dimanfaatkan lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar